Selasa (06/02/2024) Universitas Negeri Jakarta bersama sivitas akademika yang terdiri dari guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni menyampaikan deklarasi atas kondisi perpolitikan yang menyimpang menjelang pemilu di tanggal 14 Februari 2024. Deklarasi dilaksanakan di Plaza UNJ pada pukul 15.45 yang dibuka dengan menyanyikan lagu Darah Juang dan diikuti oleh mahasiswa yang hadir dalam acara deklarasi. Deklarasi tersebut dihadiri oleh perwakilan guru besar Prof. Dr. Hafid Abbas, para dosen yang terdiri dari Ibu Yuanita Priandini, Bapak Ubedillah Badrun, Ibu Tuti Tarwiyah, dan ketua BEM UNJ 2024/2025 yaitu Tsabit Syahidan yang mewakili sivitas akademika UNJ untuk mewujudkan pemilu adil, jujur, dan bersih, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri yang dinyanyikan oleh Bapak Ubedillah Badrun, M.Si bersama sivitas akademika dengan semangat.
Deklarasi Rawamangun didasari dengan berbagai kasus di ujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo, salah satunya adalah Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) memberi “Peringatan Keras” kepada Ketua KPU Hasyim Asy’ari dan anggota KPU lainnya dikarenakan meloloskan Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wakil Presiden di tanggal 25 Oktober 2023, padahal regulasi KPU mengharuskan calon berumur minimal 40 tahun. Melalui Deklarasi Rawamangun didapat beberapa pernyataan sikap sebagai berikut:
Menegakkan demokrasi dengan terlaksananya pemilu jujur, adil, dan bersih sesuai dengan pancasila, UUD 1945 serta perundang-undangan yang berlaku lainnya.
Mendesak semua penyelenggara pemilu untuk bekerja secara profesional agar tidak terjadi peristiwa jatuhnya petugas KPPS yang meninggal sebanyak 894 orang serta 5.175 telah menjalani perawatan di berbagai rumah sakit di Indonesia.
Mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk menjunjung netralitas dan tidak melakukan intervensi politik dan tidak menggunakan fasilitas negara dalam melakukan kepentingan politik kelompok.
Mengajak segenap sivitas akademika UNJ dan masyarakat umum untuk menjalankan pemilu yang jujur, bersih, dan damai.
Mendesak KPU dan semua pihak terkait untuk secepatnya mempertanggungjawabkan ketepatan 54 juta data bermasalah. Terdapat ratusan ribu pemilih di bawah 17 tahun, nama ganda, banyak pemilih diatas 100 tahun bahkan 1000 tahun. Agar bisa diselesaikan sebelum tanggal 14 Februari 2024
Aksi deklarasi dilanjutkan dengan berjalan menuju gerbang utama UNJ bersama seluruh hadirin yang ada walaupun diguyur gerimis tidak melunturkan semangat demi pemilu yang bersih.
Prof Dr. Hafid Abbas mengungkapkan bahwa terdapat tiga fenomena kecurangan pemilu di tahun 2024 seperti pergerakan aparat desa dan lurah, money politics, dan meninggalnya anggota KPPS pada pemilu 2019 dikarenakan kelelahan serta sebanyak lima ribuan anggota KPPS mengalami perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, salah satu bunyi Deklarasi Rawamangun mendesak KPU untuk bekerja dengan profesional dan penuh kewaspadaan agar tidak terjadi peristiwa kelam pemilu di Indonesia.
Sewaktu diwawancarai oleh awak media, Bapak Ubedilah Badrun M.Si. menegaskan bahwa “Saya kira pemilu harus betul-betul jujur dan tanpa kecurangan tapi kalau kecurangan masif terjadi dimana-mana dan kualitas demokrasi rendah. Maka, kami akan bersama rakyat menyelamatkan kondisi bangsa yang rusak demokrasinya dan korupsi yang merajalela. Iya artinya bahwa kalau terus kecurangan merajalela, korupsi merajalela. Kami siap turun ke jalan bersama rakyat.”
Dengan disampaikannya Deklarasi Rawamangun sivitas akademika yang terdiri dari Guru Besar, Dosen, Mahasiswa, dan Alumni berharap pemilu dilaksanakan tidak didasari oleh hal-hal yang merusak tatanan demokrasi. SIGMA TV/NENSI OKTAVIANI
Comments