SIGMA TV UNJ — Rabu (10/05/2023) telah diadakan kegiatan diskusi dan bincang buku Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) yang dilaksanakan secara luring, tepatnya di GOR kampus B, Universitas Negeri Jakarta. Adapun buku yang didiskusikan dan diperbincangkan yaitu “Aldera: Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993 - 1999”. Buku ini merekam masa-masa perlawanan terhadap rezim otoriter Orde Baru di awal tahun 1993 hingga kejatuhan presiden Soeharto (1999).
Acara ini dihadiri oleh Rektor Universitas Negeri Jakarta yaitu Prof. Dr. Komarudin, M.Si yang memberikan sambutan sekaligus membuka acara. Selain itu, Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CfrA., CSFA yang merupakan aktivis kaum muda tahun 1993 - 1999 juga turut hadir sebagai Keynote Speech dalam acara ini. Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta menjadi peserta dalam acara diskusi dan bincang buku ini yang terdiri dari perwakilan fakultas, Unit Kegiatan Mahasiswa , dan mahasiswa penerima beasiswa.
Agenda inti dari acara ini adalah diskusi dan bincang buku Aldera yang diisi oleh beberapa narasumber diantaranya Prof. Dr. Hafid Abbas dan Dr. Abdul Haris Fathehipon, M.Si dan dipandu oleh moderator yaitu Dr. Yasita Yasin, S.Pd., M.Si.
Acara ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan referensi kepada mahasiswa dalam menata pergerakan politik yang lebih cerdas dan membawa bangsa agar semakin terdepan sehingga menjadi contoh negara-negara demokrasi serta menumbuhkan sikap idealisme bagi mahasiswa sebagai agent of changes.
Dalam Buku Aldera terdapat nilai-nilai perjuangan mahasiswa zaman dahulu dalam membangun demokrasi. “Urgensi diadakannya diskusi dan bincang buku Aldera ini dalam buku ini ingin mewariskan nilai-nilai perjuangan mahasiswa zaman dahulu dalam upaya mereka membangun demokrasi yang mana demokrasi itu diperjuangkan dengan sangat mahal dan kami ingin generasi sekarang ikut menjalani,” ungkap Pius.
Prof. Dr. Komarudin, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Jakarta berharap dengan diadakannya acara ini dapat meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak seperti BPK dan Kementerian Republik Indonesia untuk membangun tata kelola, reputasi dan rekognisi, serta memotivasi generasi muda terutama mahasiswa untuk mempunyai kesadaran nasional dan meningkatkan kompetensi kebaikan bangsa dan negara.
Acara ini ditutup dengan penanaman bibit pohon demokrasi yang diibaratkan sebagai rasa solidaritas dan gotong royong rakyat Indonesia. “Pohon ini melambangkan demokrasi yang harus kita rawat, kita pupuk agar dahannya kuat, daun nya rindang, dan akarnya kuat yang mana itu sudah seperti demokrasi kita yang harus terjaga karena demokrasi terkadang menemui ancaman dan kita perlu mempunyai rasa solidaritas dan gotong royong yang kuat dari seluruh rakyat indonesia untuk menjaga demokrasi,” ujar Pius. SIGMA TV/ Dini Amalia
Comments