top of page
Gambar penulisSIGMA TV UNJ

Gerak Nyata Emansipasi Wanita


SIGMA TV UNJ – Rabu (21/04/21) Setara. Wanita dan laki laki sama - sama manusia yang membedakan hanya gendernya saja, namun mengapa wanita kerap kali mendapat komentar seksis? “Harus bisa masak, ga usah sekolah tinggi tinggi nanti juga didapur” apakah karena seorang wanita kita dibatasi untuk mengenyam pendidikan tinggi? Apakah karena seorang wanita pantas dianggap sebelah mata? Tidak kompatibel karena cenderung menggunakan emosi?


Konstruksi sosiologis wanita indonesia pada masa lampau yang seringkali dikaitkan dengan sumur, dapur, dan kasur yang menjadikan terbentuknya stereotip stereotip akan wanita di negara hierarkis patriarki. Kesetaraan gender yang selalu di gembor gemborkan nyatanya hanyalah kicauan belaka. Faktanya, masih banyak wanita yang belum merasakan kesetaraan sesungguhnya khususnya perguruan tinggi.


Perguruan tinggi yang merupakan ladang ilmu, tempat tercetaknya bibit-bibit unggul bangsa yang seharusnya lebih teredukasi untuk menjadi tempat ranah aman dan ramah bagi perempuan nyatanya belum sepenuhnya mampu untuk di titik tersebut. Menurut laporan World Economic Forum (WEF) 2020, secara umum skor Kesenjangan Gender Global berdasarkan jumlah penduduk, berada pada posisi 68,6 persen. Hal ini menandakan, masih ada 31,4 persen kesenjangan yang menjadi pekerjaan rumah bersama masyarakat global. WEF menyatakan bahwa Indonesia masih berada pada peringkat 85 untuk kesenjangan gender.


Dalam segi Pendidikan Berdasarkan pusat data statistik pendidikan kemendikbud menyatakan hanya 40,58% wanita yang menempuh gelar doktor.



Hal ini didukung berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh tim Sigma TV UNJ, Annisa Nurul Hidayah, mahasisiwi pendidikan sejarah UNJ, selaku founder gerakan perempuan ikut merasakan bagaimana kesetaraan gender di lingkungan kampus belum dirasa setara bahkan seorang pemimpin wanita seringkali dianggap tabu. Seringkali pemimpin laki laki dianggap lebih relevan dibanding perempuan, padahal perempuan dan laki laki memiliki peran yang sama dalam organisasi


Senada dengan Shaza Zahra Hanifah, Mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni UNJ ,ikut merasakan bahwa di lingkungan kampus pun kerap terjadi kesenjangan gender yang membuat batasan batasan antara laki laki dan perempuan.


Selain itu, Mutia, mahasiwi yang aktif sebagai Koordinator Kajian Space UNJ sebagai lembaga konselor dan pendamping kasus kasus perempuan UNJ juga sering menerima laporan mengenai ketidaksetaraan yang hadir di lingkungan organisasi UNJ. seperti halnya komentar Seksis yang didapatkan dari pengajar kepada mahasiswinya, bahkan senioritas yang kerap terjadi di lingkungan kampus.


Hal ini membuktikan budaya patriarki masih ada di lingkungan kampus hingga kini. padahal wanita dan laki laki memiliki porsi yang sama- sama penting kedudukannya. Oleh karena itu, pentingnya pendidikan bagi wanita Agar dapat berilmu untuk bisa terlepas dari kesenjangan dan membela sesama kaumnya.


Seiring berjalannya waktu, pendidikan bagi kaum hawa memang sudah meningkat dari waktu ke waktu. Namun, tak jarang kerikil - kerikil kecil senantiasa menyandung. Ranah pendidikan dan organisasi mungkin menjadi kata umum bagi kaum cendekia. Walau terkadang di dalamnya seringkali ditemukan kesenjangan gender. Padahal wanita dan laki laki hanyalah gender dan sama sama manusia dimata tuhan.


Terlepas dari ini semua, kembali lagi pada konstruksi sosiologis masa lampau yang masih tertelan hingga kini menjadikan para perempuan bak mutiara dalam cangkang. Menurut Ibu Dr. Ikhlasiah Dalimoenthe, M.Si. selaku Dosen Sosiologi Gender mengatakan bahwa kerap kali terjadi di lingkungan kampus yang disebabkan oleh hegemoni budaya patriarki dengan masyarakat multikultural sehingga ketidaksetaraan ini terus berlanjut.


“Walaupun sudah berpendidikan tinggi namun pola parenting di usia golden age tidak diajarkan bagaimana menghormati perempuan, maka tetap saja budaya itu akan selalu terbawa menginternelize” imbuh Bu Ika.


Perempuan hanya bisa berharap dan melakukan upaya speak up untuk menunjukan warna perempuannya masing-masing dan tidak ada rasa takut untuk mengutarakan yang terjadi supaya dapat meminimalisir kesenjangan-kesenjangan yang kerap terjadi dapat segera diminimalisir.


Emansipasi wanita tidak semata-mata berfokus pada kesetaraan antara hak laki-laki dan wanita untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam beragam bidang. Makna sebenarnya dari emansipasi wanita yaitu bagaimana wanita dapat memberdayakan diri, berkembang, maju dari waktu ke waktu, dan menjadi dirinya sendiri. (SIGMA TV/EN)



137 tampilan0 komentar

Kommentare


bottom of page